Sunday 17 January 2016


Saya mengalami masa masa transformasi dus sepatu dari ukuran besar ke ukuran yang lebih langsing di sekitar tahun 2003 an. Dari berbagai merk sepatu yang dikerjakan oleh bos saya dulu, mungkin merk Elizabeth lah yang pertama kali menggunakan dus sepatu ramping untuk sepatu atau sandal flatnya. Setelah itu diikuti oleh Buccheri, Ellada, Donatello, IFA atau Erasmus, Koza, Atella, Valenty, Diaz, Fladeo dan merk milik si Bos, One Shoes.

Karena banyaknya dus sepatu dirumah, maka kerap saya pergunakan sebagai penyimpanan pernak pernik aksesoris, disket, VCD, dan lain sebagainya, tanpa merubah penampakan dari dus yang bersangkutan.

Hari ini, Tombak mendapat tugas bekerjasama dengan orangtua untuk membuat prakarya daur ulang dari dus bekas yang digabungkan dengan seni montase. Di buku temanya, dus sepatu lah yang disarankan. Tapi dus sepatu kan kepanjangan, tak indah bila dijadikan tempat tissue gulung, yang ada tissue nya kocar kacir kesana kemari ketika berada di dalam. Maka untuk mendapatkan ukuran yang diinginkan, dipotonglah dus tersebut sebagian.
Setelah membentuk sebuah dus baru, dibuatlah lubang untuk mengeluarkan lembaran tissuenya dengan menggunakan cutter.

Langkah selanjutnya adalah membuat montase pada sekujur badan dus. Gunting dan tempel, seperti itu saja. Potongan kertas koran atau majalah selalu terlihat indah, seindah huruf huruf yang merangkai kata kata yang tertera di dalamnya.

Terakhir adalah membalut semua badan dus dengan isolasi bening, agar terlihat lebih rapi dan mengkilat.

posted from Bloggeroid

0 comments:

Post a Comment