Bila musim hajatan, laci kontainer di dapur niscaya akan penuh bagaikan bendungan Katulampa saat musim penghujan tiba. Penuh dengan barisan mie instan, kecap dua ribuan, teh celup, minyak goreng bantal dan biskuit malkist. Ya, di negara saya yang indah, permai, damai, sentosa, gemah ripah lohjinawi berhias hijaunya polutan kuda yang tercipta bagaikan hamparan sabana itu, hajatan, baik pernikahan atau khitanan biasanya diadakan dalam dua sesi, mentahan yang disambung esok harinya dengan prasmanan. Para undangan dapat memilih kapan hari dan weton yang cocok untuk menghadiri acara tersebut, bila perlu konsultasi dulu dengan Mbah Mijan atau membaca primbon sebelum berangkat kondangan.
Selain mie instan, hasil kondangan mentahan yang awet alias lama habisnya adalah biskuit malkist. Merana sekali nasib malkist ini, mati segan hidup ogah. Di buka iya dimakan kagak membuat beliau-beliaunya yang bertabur gula-gula nan manis semanis senyuman yang tak digubris itu sekonyong-konyong menjadi melempem.
Namun kemelempeman itulah yang membuat otak saya berputar bagai putaran Wheel of Fortune asuhan Pat Sajak dan Vanna White. Apa ya kira-kira yang harus saya lakukan agar kemelempeman sang malkist itu ada artinya?
Setelah melalui serangkaian tapa brata, puasa mutih tanpa bayclin dan lirikan maut ke gluntungan tape singkong yang ngadem di kulkas dicapailah sebuah pencerahan yang sungguh melegakan hati yang sumpek terkait dengan permasalahan ini. Apakah itu? Itu adalah olahan biskuit Gabin atau kerap disebut kue gabin. Gabin ya, bukan Djaffin, kalo itu lagunya Om Ebiet, bukan pula Gavin yang belakangnya Rossdale...Bonedriveeeeeeennn...... #ambilmic.
Nah, kue gabin ini entah darimana asal usulnya, kabarnya sih kue yang berbahan dasar biskuit gabin yang terkenal di masanya itu banyak ditemukan di daerah Samarinda-Kalimantan Timur bahkan menjadi oleh-oleh wajib bagi yang pergi melancong kesana. Biskuit gabin ini katanya mirip sekali dengan malkist namun ukurannya lebih kecil dan teksturnya lebih rapuh.
Di pasar saya kerap menemukan olahan kue gabin ini di lapak kue gtosiran, namun belum pernah mencicipinya karena sekilas pandang kok gak bikin ngiler, ya karena sesungguhnya ngiler itu enaknya cuma di atas bantal karena bisa menjelma menjadi atlas dunia.
Kue gabin dapat diisi dengan berbagai filling seperti vla dan tape singkong. Kali ini karena bahan yang ada tape singkong, kue gabin yang saya buat ya isinya tape singkong.
Bahan :
250 gr tape singkong, lumatkan.
1 sdm tepung terigu
1 sdm susu kental manis
Sejumput garam
8 keping boskuit malkist
Minyak untuk menggoreng
Cara membuat :
Campur tape, terigu, susu dan garam, aduk rata. Ambil satu lembar biskuit malkist olesi isian tape, ratakan, beri satu lembar biskuit malkist di atsnya, ratakan pinggirnya.
Panaskan minyak, goreng sampai kecoklatan.
Selain mie instan, hasil kondangan mentahan yang awet alias lama habisnya adalah biskuit malkist. Merana sekali nasib malkist ini, mati segan hidup ogah. Di buka iya dimakan kagak membuat beliau-beliaunya yang bertabur gula-gula nan manis semanis senyuman yang tak digubris itu sekonyong-konyong menjadi melempem.
Namun kemelempeman itulah yang membuat otak saya berputar bagai putaran Wheel of Fortune asuhan Pat Sajak dan Vanna White. Apa ya kira-kira yang harus saya lakukan agar kemelempeman sang malkist itu ada artinya?
Setelah melalui serangkaian tapa brata, puasa mutih tanpa bayclin dan lirikan maut ke gluntungan tape singkong yang ngadem di kulkas dicapailah sebuah pencerahan yang sungguh melegakan hati yang sumpek terkait dengan permasalahan ini. Apakah itu? Itu adalah olahan biskuit Gabin atau kerap disebut kue gabin. Gabin ya, bukan Djaffin, kalo itu lagunya Om Ebiet, bukan pula Gavin yang belakangnya Rossdale...Bonedriveeeeeeennn...... #ambilmic.
Nah, kue gabin ini entah darimana asal usulnya, kabarnya sih kue yang berbahan dasar biskuit gabin yang terkenal di masanya itu banyak ditemukan di daerah Samarinda-Kalimantan Timur bahkan menjadi oleh-oleh wajib bagi yang pergi melancong kesana. Biskuit gabin ini katanya mirip sekali dengan malkist namun ukurannya lebih kecil dan teksturnya lebih rapuh.
Di pasar saya kerap menemukan olahan kue gabin ini di lapak kue gtosiran, namun belum pernah mencicipinya karena sekilas pandang kok gak bikin ngiler, ya karena sesungguhnya ngiler itu enaknya cuma di atas bantal karena bisa menjelma menjadi atlas dunia.
Kue gabin dapat diisi dengan berbagai filling seperti vla dan tape singkong. Kali ini karena bahan yang ada tape singkong, kue gabin yang saya buat ya isinya tape singkong.
Bahan :
250 gr tape singkong, lumatkan.
1 sdm tepung terigu
1 sdm susu kental manis
Sejumput garam
8 keping boskuit malkist
Minyak untuk menggoreng
Cara membuat :
Campur tape, terigu, susu dan garam, aduk rata. Ambil satu lembar biskuit malkist olesi isian tape, ratakan, beri satu lembar biskuit malkist di atsnya, ratakan pinggirnya.
Panaskan minyak, goreng sampai kecoklatan.
posted from Bloggeroid
0 comments:
Post a Comment