Saturday 5 September 2015

Mendapat kata “ganbate“ dari Teh Titi membuat hati saya tergerak kembali untuk membuat roti. Ya, entah mengapa saya selalu ciong bila berhadapan dengan adonan roti. Saya itu ibarat kapster yang tidak dapat menterjemahkan keinginan korbannya. Bener bener gak berbakat. Mudah menyerah dan tidak punya niat sekeras baja. Harusnya uwak Mario Tebak mulai melebarkan sayapnya untuk merangkai kata kata motivasi untuk para pembuat roti yang mengalami kegagalan secara bertubi tubi.

Ah ya sudahlah, memang setiap orang itu terlahir berbeda. Gak mungkin kan semua orang di bumi ini bisa dan mau membuat roti nya sendiri, nanti gak bakalan ada perusahaan bakery yang eksis di bumi. Semua itu berawal dan berakhir hanya dari satu kata yaitu “passion“.

Naah, kemarin ini kebetulan tungak tengok slorokan dan menemukan sisa permipan yang terbengkalai. Kebetulan pula sedang rindu roti tawar Sidodadi yang berasa ada manis manisnya, mirip air asli pegunungan gitulah :p. Maka dari itu, di putuskan dengan ketukan palu tiga kali bahwa roti tawar lah hasil vonis yang dinanti. Dulu setiap membuat roti manis pasti teksturnya keras banget, udah kayak batu belah batu bertangkup nya Mak Minah. Gimana kalo roti tawar? Apakah nasib nya sama di tangan saya? Apakah bisa seempuk bantal bulu angsa atau malah sekeras bakiak jepang, Geta? Ayo kita cari tau bersama non Dora.

Kali ini saya menggunakan metode water roux. Si biang kerok nya ini gak mulus, agak bergerindil, padahal api dan panci sudah di jaga sedemikian rupa agar tidak berkelahi. Dari sini aja semangat sudah kendor kayak kolor kadaluarsa. Tapi tergambar di benak saya wajah uwak Mario Bros #eh salah, tengah tersenyum menyemangati. Semangat saya pun kembali berkobar bagai api arang panggangan sate yang baru saja di nyalakan. Cemplung dan campur sana sini dengan semangat anti gagal. Tibalah saat menguleni. Adonannya gak mau elastis sempurna, saya paksakan di proofing etape 1, 1 jam saja. Adonan yang dibulatkan itu ternyata permukaannya gak semulus wajah artis ibu kota. Saya pun kecewa, tapi harus tetap move on dong. Proofing kedua sama aja walaupun adonan bertumbuh lumayan tinggi tapi tidak membentuk roti yang saya idamkan karena sepertinya loyangnya kebesaran :D.

Setelah permukaannya nampak coklat sempurna, saya keluarkan dari oven. Hasilnya, rasa dan tekstur sudah mirip dengan roti Sidodadi tapi masih sedikit agak keras. Kata Tombak sih enak, tapi begitu ayahnya pulang bawa breadtalk sekantong, roti tawar itu pun di lupakan dan mulai kesepian diantara hingar bingar suasana meja makan.

Resep yang saya gunakan adalah :

Bahan adonan water roux :
25 gr terigu serbaguna
125 ml susu cair

Caranya :
Masukkan susu cair sedikit sedikit ke tepung lalu aduk sampai larut. Panaskan di api sampai mengental.

Bahan roti :
240 terigu protein tinggi
1 sachet susu bubuk full cream
6 gr permipan
1 butir telur pisahkan kuning dan putihnya, putihnya untuk olesan.
60 gr gula halus
30 gr butter
1/4 sdt garam
70 ml susu cair

Cara membuatnya :
Campurkan tepung, gula, permipan, susu bubuk, aduk rata.
Masukan kuning telur dan susu cair ke dalam adonan water roux tadi, aduk rata lalu masukan ke dalam bahan kering, uleni setengah kalis. Masukkan butter dan garam, uleni sampai kalis elastis kurleb 15 menitan. Bulatkan adonan taruh di baskom yang telah di oles minyak tipis, tutup dengan lap, proofing satu jam. Giling adonan, lipat dari kiri ke tengah, kanan ke tengah, atas ke tengah, bawah ke tengah. Masukkan ke dalam loyang loaf yang telah di oles margarin. Proofing atau diamkan lagi selama satu jam, tutup dengan lap basah. Oles adonan dengan kocokan putih telur dan oven sampai matang kecoklatan.






posted from Bloggeroid

0 comments:

Post a Comment