Di depan rumah saya ada yang jualan bebek goreng. Tapi seumur umur saya belum pernah makan bebek yang diolah sedemikian rupa hingga warnanya menjadi kecoklatan dan berminyak itu, karena saya bukanlah penggemar masakan yang terbuat dari bebek, itik atau entog. Lagi pula saya sempat termakan gosip bahwa unggas unggas yang saya sebutkan di atas mempunyai bau amis yang sangat menyengat ketika di santap.
Sebenarnya bau amis dapat di hilangkan bila kita mengolah nya dengan baik dan benar. Bebek Goreng Haji Slamet adalah salah satu tempat makan bebek yang racikannya bebas amis, begitu pula dengan bebek kaleyo.
Nah, kalo di Kuningan, bebek olahan adik ibu mertua saya adalah jawaranya. Kalo gak salah namanya erwe bukan erte apalagi kelurahan, bukan pisan hihi. Bebek olahan adik ibu mertua itu, rada mirip mirip lah sama masakan yang saya buat ini, terutama rasa pedasnya yang sedikit menyengat.
Tersebutlah sebuah olahan bebek atau itik yang berasal dari daerah Sidrap (Sidenreng Rappang), yaitu sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan. Masakan khas Bugis ini mempunyai bumbu minimalis dengan rasa maksimalis. Namanya Nasu Palekko yang artinya masak di periuk atau kuali tanah. Jadi ingin dansa empat kali sebelum bebek masuk kuali, sorong ke kanan sorong ke kiri hihi.
Membuat Nasu Palekko ini sebenarnya mudah, cuma agak lama dalam hal memperlakukan bebeknya. Saya membeli bebek dalam keadaan bersih dari sebuah supermarket. Walau sudah bersih tetap saja masih ada kulit ari dan bulu bulu yang tertinggal. Untuk mendapatkan daging bebek siap olah dan bebas amis, saya harus menggosok dagingnya dengan garam kasar dan jeruk nipis/ lemon dengan giat. Kata Mba Endang, gunakan juga kulit jeruknya agar daging bebek cepat kesat dan kinclong. Setelah selesai menggosok semua bagian termasuk rongga badannya, cuci bersih. Lalu lap bebek dengan tissu dapur sampai kering dan bakar sebentar di atas kompor dengan api langsung untuk menghilangkan bulu bulu yang membandel. Cara membakarnya masukan spatula ke dalam rongga perut, tangan satunya lagi memegang kepalanya.
Setelah bersih dan kesat hihi kayak ngomongin gigi ini mah, saya taruh bebek di atas talenan untuk di kuliti. Pisahkan kulit dengan dagingnya, lalu iris tipis kulit dan potong daging bebek sebesar ibu jari alias kecil kecil. Buang juga brutu nya, karena brutu adalah pangkal bau amis daging bebek. Nah, setelah kita melakukan hal hal diatas, bebek pun siap di olah.
Bahan :
1 Ekor bebek atau itik
Segenggam asam jawa rendam di 200 ml air. Resep asli memakai asam mangga.
1 sdt kunyit bubuk
1/2 sdt merica (optional)
Garam
Kaldu bubuk (optional)
1 batang serai geprek (optional)
Bumbu halus :
10 siung Bawang merah
50 gr cabai rawit hijau
4 siung bawang putih (resep aslinya gak pake)
Cara membuat :
Lumuri dan rendam bebek dengan air asam jawa, garam, dan kaldu bubuk, sisihkan.
Panaskan wajan dengan api besar, masukan kulit bebek, ngongseng sampai minyaknya keluar. Bila minyaknya masih kurang, tambahkan minyak sayur secukupnya. Tuang potongan bebek beserta bumbu rendamannya, masukan bumbu yang telah di haluskan. Masukan pula, kunyit bubuk, garam, kaldu bubuk, serai dan merica. Masak hingga daging bebek empuk dan air habis alias agak mengering. Kalo saya mah biasa lah pakai panci presto biar cepet empuk. Bila gak suka pakai panci presto, pilihlah bebek muda yang sedang kumincir, karena dagingnya mudah.empuk wek.. wek..
Sebenarnya bau amis dapat di hilangkan bila kita mengolah nya dengan baik dan benar. Bebek Goreng Haji Slamet adalah salah satu tempat makan bebek yang racikannya bebas amis, begitu pula dengan bebek kaleyo.
Nah, kalo di Kuningan, bebek olahan adik ibu mertua saya adalah jawaranya. Kalo gak salah namanya erwe bukan erte apalagi kelurahan, bukan pisan hihi. Bebek olahan adik ibu mertua itu, rada mirip mirip lah sama masakan yang saya buat ini, terutama rasa pedasnya yang sedikit menyengat.
Tersebutlah sebuah olahan bebek atau itik yang berasal dari daerah Sidrap (Sidenreng Rappang), yaitu sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan. Masakan khas Bugis ini mempunyai bumbu minimalis dengan rasa maksimalis. Namanya Nasu Palekko yang artinya masak di periuk atau kuali tanah. Jadi ingin dansa empat kali sebelum bebek masuk kuali, sorong ke kanan sorong ke kiri hihi.
Membuat Nasu Palekko ini sebenarnya mudah, cuma agak lama dalam hal memperlakukan bebeknya. Saya membeli bebek dalam keadaan bersih dari sebuah supermarket. Walau sudah bersih tetap saja masih ada kulit ari dan bulu bulu yang tertinggal. Untuk mendapatkan daging bebek siap olah dan bebas amis, saya harus menggosok dagingnya dengan garam kasar dan jeruk nipis/ lemon dengan giat. Kata Mba Endang, gunakan juga kulit jeruknya agar daging bebek cepat kesat dan kinclong. Setelah selesai menggosok semua bagian termasuk rongga badannya, cuci bersih. Lalu lap bebek dengan tissu dapur sampai kering dan bakar sebentar di atas kompor dengan api langsung untuk menghilangkan bulu bulu yang membandel. Cara membakarnya masukan spatula ke dalam rongga perut, tangan satunya lagi memegang kepalanya.
Setelah bersih dan kesat hihi kayak ngomongin gigi ini mah, saya taruh bebek di atas talenan untuk di kuliti. Pisahkan kulit dengan dagingnya, lalu iris tipis kulit dan potong daging bebek sebesar ibu jari alias kecil kecil. Buang juga brutu nya, karena brutu adalah pangkal bau amis daging bebek. Nah, setelah kita melakukan hal hal diatas, bebek pun siap di olah.
Bahan :
1 Ekor bebek atau itik
Segenggam asam jawa rendam di 200 ml air. Resep asli memakai asam mangga.
1 sdt kunyit bubuk
1/2 sdt merica (optional)
Garam
Kaldu bubuk (optional)
1 batang serai geprek (optional)
Bumbu halus :
10 siung Bawang merah
50 gr cabai rawit hijau
4 siung bawang putih (resep aslinya gak pake)
Cara membuat :
Lumuri dan rendam bebek dengan air asam jawa, garam, dan kaldu bubuk, sisihkan.
Panaskan wajan dengan api besar, masukan kulit bebek, ngongseng sampai minyaknya keluar. Bila minyaknya masih kurang, tambahkan minyak sayur secukupnya. Tuang potongan bebek beserta bumbu rendamannya, masukan bumbu yang telah di haluskan. Masukan pula, kunyit bubuk, garam, kaldu bubuk, serai dan merica. Masak hingga daging bebek empuk dan air habis alias agak mengering. Kalo saya mah biasa lah pakai panci presto biar cepet empuk. Bila gak suka pakai panci presto, pilihlah bebek muda yang sedang kumincir, karena dagingnya mudah.empuk wek.. wek..
posted from Bloggeroid
0 comments:
Post a Comment