Sunday, 7 April 2013

Nasi kuning atau disingkat naskun adalah makanan yang identik dengan syukuran.  Gak percaya? Percaya aja deh ya, kenapa? Karena naskun ini di percaya orang dapat mendatangkan berkah bagi yang memakannya yaitu berkah menjadi kenyang :D

Menurut adat Jawa, penggunaan naskun yang biasanya dibentuk menjadi tumpeng untuk perayaan syukuran atau selamatan mempunyai filosofi tersendiri. Warna kuning nasinya menggambarkan kekayaan, keberlimpahan, dan rezeki, sedangkan tumpengnya sendiri mempunyai filosofi yang berkaitan dengan moral yang luhur dan hubungan manusia dengan Tuhannya, weiits, it‘s getting seriously eaaaaa.
Tapi ah sudahlah, saya gak akan ngomongin nasi tumpeng, yang saya bakal omongin sekarang adalah si naskun nya.
Nah, begitu melekatnya identitas naskun sebagai menu syukuran maka gak heran ketika saya membuat nasi kuning di rumah untuk sekedar iseng maka seorang tetangga yang sempat bertandang ke rumah pun melancarkan pertanyaan “ada acara syukuran apa nih, ulang tahun?“ dan hanya cengiran lah yang menjadi jawabannya.
Yaaa begitulah nasib si naskun ini, selalu membuat tetangga penasaran, gak tau memang iya penasaran atau karena habis denger bang haji nyanyi, yaa entahlah ya, i dont know for sure so dont ask me lah karena saya bukan fans bang haji.

Dulu ketika saya masih kecil, saya sempat memperhatikan ibu atau nenek saya memasak naskun dan yang terpikirkan di kepala adalah bahwa memasak naskun itu membutuhkan banyak pengorbanan lahir dan batin, ribet tanpa ampun.  Dari mulai mencuci berasnya, membumbui sampai menanak nasinya.  Dan saya pun berketetapan hati bahwa saya gak akan pernah mau bikin nasi kuning bila saya besar nanti, janji memasak No 1.

Tapi waktu berganti, cuaca berubah eh masa berubah dan saya pun menjadi seorang warlock alias pengingkar janji, janji masak No. 1 yang sebelumnya membekas ibarat tatoo nya yakuza, saya tip ex tebal tebal,di setrika dan diakhiri dengan menyemprotkan sinar laser, hilang sudah, mengapa ? karena bikin naskun sekarang ini ternyata semudah bang Eddie Vedder memainkan ukulelenya.

Di jaman serba instan seperti sekarang ini, bikin naskun bukan lagi sebuah tantangan, tinggal cemplung cemplung beras, bumbu instan, santan instan, alat masak instan, ceklik, dalam 1 jam naskun sudah bisa di sandingkan dengan kerabatnya di meja makan.
Bila ingin lebih mudah dan cepat lagi, boleh dicoba produk naskun instan produksi salah satu teman saya *nopaaaayyy komisi haha* ditanggung lebih wussssh jadinya, cepat, mudah, dan enak. Tapi bila tidak ingin bersentuhan dengan alat masak lebih baik beli yang sudah jadi saja deh, karena hari gini naskun gampang banget ditemui, pagi sampai malam menjelang.

Tapi entah mulai kapan dan siapa
pelopornya, tren naskun sebagai
menu syukuran bergeser menjadi
makanan yang dijual orang sebagai
menu sarapan bahkan makan
malam.

Di Bandung sendiri ada beberapa tempat yang suka saya sambangi bila hasrat memakan naskun sedang hot hot nya.  Tempat pertama ada di Jalan Pasir Koja kawasan Bojongloa, lapaknya buka malam hari, lauknya sangat bervariasi dari telor balado sampai semur jengkol. Penggemar naskun di tempat ini lumayan banyak. Tua muda, miskin kaya, surga neraka #eh. 

Tempat kedua adalah tempat yang cocok untuk dikunjungi, dimana bila kita sekiranya sedang terjangkiti rasa lapar yang sangat sampai menghasilkan komitmen sanggup nelen nasi sama bakul bakulnya, di tempat yang satu inilah hal itu sedikitnya bisa di wujudkan.  Tempat yang terletak di jalan Kopo perempatan Cibaduyut ini menyajikan porsi naskun yang sangat aduhai besarnya, nasi padang bungkus aja kalah sama porsi naskun ini, hebaat.  Lauknya pun gak kalah amazing nya, lengkap dari balado telor sampe ayam crispy segede kepalan tangan preman tanjakan.

Nah, untuk yang sedang berdiet tak ketat dan masih diijinkan makan karbohidrat, naskun Ceu Empat lah sasaran yang tepat.  Porsinya kecil dengan lauk irisan telur, abon, kacang, orek tempe, mentimun, kemangi dan sambel membuat naskun yang terletak di jalan Kalipah Apo ini begitu pas dalam hal memanjakan lidah orang orang yang kelaparan di waktu magrib jelang malam hari.

Dan yang terakhir tempat naskun yang saya rasa patut di coba adalah naskun yang terletak di Jalan Leuwi Panjang, tempat naskun ini beroperasi pada pagi hari, lumayan enak, dengan berbagai macam lauk, cukup untuk menjadi menu sarapan di temani dengan martabak KW an yang nangkring di sebelahnya.

Nasi kuning adalah salah satu masakan asli indonesia, resepnya diperkenalkan secara turun temurun.  Di antara gempuran penemuan resep resep baru dan masakan/makanan impor, ternyata naskun masih bisa bertahan dan mempunyai tempat tersendiri dihati penggemarnya.

Naskuuuun, you raawwkkksss !!!!

#salam naskun dkk

Published with Blogger-droid v2.0.10

0 comments:

Post a Comment