Saturday, 13 April 2013


Sambil menaikkan volume MP3 yang sedang memutar everlasting song dari salah satu band rock
Amrika “Bread“, saya bertanya tanya sendiri apakah salah satu lagu mereka  yaitu “if“ adalah
lagu yang mempunyai judul terpendek sepanjang masa? Maybe yes, maybe no.  Tapi ah
sudahlah lagian saya lagi gak ingin ngebahas lagu dan band itu, kali ini saya ingin ngomongin
tentang bread yang lain, yaitu bread yang berupa makanan, apa lagi kalo bukan ROTI.

Ya, roti, siapa sih yang gak kenal sama makanan satu itu, makanan yang kepopulerannya sudah tak
terbantahkan dalam dunia perkulineran.


Saya adalah salah seorang yang gandrung dengan roti, saking gandrung nya,nenek saya RIP,
sampai menjuluki saya dengan sebutan “londo edyan“ alias bule gila.

Pokoknya roti dari cluster bawah sampai atas bila memungkinkan harus saya cicipi.  Petualangan
petualangan saya dengan para roti sehebat petualangan Sadam dan Sherina.


Entah kapan awalnya saya mulai mengidolakan roti, mungkin sejak bapak saya sering membawakan
roti Sidodadi bila pulang dari kota.  Roti Sidodadi ini adalah roti produksi toko roti Sidodadi, dari dulu sampai sekarang kemasannya yang terdapat tulisan anjuran ber KB tidak pernah berubah. Bahkan tokonya pun sepertinya tak pernah di desain ulang, selalu seperti itu. Roti Tawar Kulit Sidodadi  adalah salah satu roti favorit saya, dengan ciri khas rotinya yang agak alot dan kulit yang tebal menghitam. Roti Sidodadi mempunyai varian lumayan banyak, dari roti isi yang terdiri
dari 4 sampai 5 macam isian, roti tawar kulit, non kulit sampai produk roti yang khas ala
Sidodadi bernama frans tapi bukan tumbuan ya, yang terdiri dari frans polos, coklat dan keju.


Pada suatu hari di tahun 2004 an, bila saya tidak salah mengingat, salah satu teman kantor saya membawa cerita tentang sebuah gerai roti yang baru buka di salah satu plaza dengan jumlah pengunjung bukan main banyaknya. Antriannya mengular bagaikan antrian gebyar sembako murah. Lalu kenapa sih mereka rela mengantri demi makanan yang terbuat dari tepung gandum itu? Penasaran ingin mencoba atau karena ikut meramaikanantrian saja ? Ah entahlah, not my business anyway. Tapi yang pasti mungkin karena kesohoran nama dari roti itu di negara asalnya, Singapura. Pasti tau kan apa nama brand nya? Yup, betul, it called “Bread Talk“.  Perusahaan roti yang baru berdiri tahun 2000 an di tempat asalnya itu memang dibawa oleh salah satu pengusaha bernama om
Johny Andrean ke Indonesia.  Produk mereka yang paling terkenal dan bikin penasaran
adalah roti abon. Karena penasaran akan antriannya eh rotinya, saya pun ikut latah
mencoba roti abon yang fenomenal itu.  Dan ternyata jreengh *backsong fur elise*
tekstur rotinya lembut dengan rasa gurih yang berasal dari campuran susu, telur, mentega, yang pasti berkualitas dengan abon plus mayonaise yang menjadi penyempurna rasa membuat jenis roti tersebut memang layak menjadi signature dari brand yang telah terkenal di kawasan Asia dan juga Timur Tengah.  Untuk harganya sebanding lah dengan rasanya.


Roti abon yang enak di kelompok cluster menengah adalah roti abon kepunyaan Vitasari. Toko
roti yang hanya mempunyai 4 buah gerai di Bandung ini, adalah salah satu toko favorit saya.  Tapi roti abon nya lah yang selalu membuat saya balik dan balik lagi. Amazing nya, toko roti yang berdiri sejak tahun 1992 ini selalu ramai dan rotinya selalu habis dengan cepat terutama ya roti abon nya. Di Vitasari selain roti bertopping abon sapi, tersedia pula roti abon pedas dan roti abon ayam. Harga per piece nya sangat amat terjangkau. Selain roti abon, terdapat pula roti dengan berbagai filling dan
topping, dari coklat sampai keju leleh.  Kelemahan roti produk Vitasari ini adalah bila dicuekin lamaaaa dengan penyimpanan yang ala kadarnya, dia akan merajuk dengan mengempiskan bodynya sungguh berlawanan ya dengan aksi ikan buntal #eh.  Bentuk rotinya standar standar aja gak seheboh bentuk salah satu roti milik French Bakery yang pernah membuat penasaran.
Penasaran? Ya, berawal dari memperhatikan teman saya yang
suka membeli roti sebesar setengah bola sepak itu dan terlihat seperti rumah kura kura. Roti berukuran lumayan besar dan mungkin bisa di masukkan ke family roti keset itu mengandung butiran kismis di bodynya.  Parutan keju berwarna coklat keemasan yang mengering dan warna roti yang menawan menambah indah si roti yang saya lupa namanya.  Tapi memang benar ungkapan “don‘t judge a book by its cover“ karena setelah dicoba ternyata rasanya tidak seheboh penampakannya.
French bakery ini dulu selain mempunyai gerai juga beroperasi dengan menggunakan mobil
roti keliling.


Beralih ke toko bakery yang sudah lumayan lama berdiri di Bandung yaitu Holland Bakery.
Berawal dari niat membeli roti tawarnya yang menurut saya pas rasanya, ternyata pulang pulang
malah membawa roti coklat, keju, polo raisin, mexican coffee, srikaya dan si black papper beef. Roti
Holland ini harganya lumayan kenceng di kelasnya. Selain macam rotinya yang bervariasi dan
menarik, sebuah kincir angin yang berdiri tegak di atas toko tersebut pun menjadi daya tarik
tersendiri.


Nah, bila suka roti dengan filling coklat yang meleleh dan tebal, toko roti Eliza lah tujuan yang tepat.
Rasa filling coklat dari rotinya mantep banget. Tapi seperti roti Vitasari, roti Eliza ini suka ngambek kalo gak cepet di makan :p  Sebenarnya gak hanya roti coklatnya yang yahud tapi kue jajan pasar talam pisangnya pun layak di coba.


Rotiboy adalah salah satu roti yang sedang hip di Indonesia beberapa tahun belakangan ini.  Rotiboy merupakan jenis roti yang mempunyai ciri khas tersendiri. Dengan aroma yang selalu membuat ngiler, roti berjenis Mexican Coffee Bun itu menjadi salah satu roti yang sangat populer baik di negara asalnya Malaysia ataupun di Indonesia, yang merupakan pemegang hak waralaba pertamanya. Roti ber flavour coffee yang pekat dengan filling butter itu memang juara deh di kelasnya, kranci di
luar, lembut di dalam dan lebih enak bila disantap sesaat setelah keluar dari oven. Ketika salah
satu gerainya pertama kali di buka di Bandung , antrian pengunjungnya sangat luar biasa
memukau. 


Satu lagi produk roti toko bakery yang pernah saya coba adalah Bread Point, tapi saya lupa rasa roti rotinya, kalo sudah begini berarti roti mereka memang belum ada yang berkesan di lidah saya. Itu dulu, kalo sekarang mungkin sudah ada produk unggulan inovasi baru dan belum sempat saya cicipi. Selain Bread Point, D‘lisen dan Jesslyn K, adalah merk merk yang belum bisa memberi bekas rasa yang indah di lidah dan dihati :D 

Untuk roti roti yang dijual di supermarket, dari sekian banyak merk, Sari Roti lah yang tetap menjadi si nomor satu. Tekstur rotinya lebih lembut dari merk lain, isiannya pun lebih pekat dan
rasanya lebih enak.  Sedangkan untuk produk roti yang menclok di hypermart
atau carrefour menurut saya rasanya standar standar saja gak ada yang istimewa atau punya ciri khas tertentu, sepertinya hanya sebagai syarat untuk mengisi divisi bakery saja #sotoy heuheu.


Nah, selain roti roti diatas, saya juga sering mencicipi roti warung yang harganya hanya seribu rupiah saja per piece nya.  Bisa dibayangkan kan rasanya hehe. Jadi inget cerita salah satu teman kakak saya ketika dia sedang menjalankan bisnis roti home industry an tersebut, tapi ah sudahlah tak elok kiranya bila di bahas disini, pokoknya intinya roti seribu an itu memakai bahan bahan yang sesuai dengan harga yang di bandrol, percurahan mungkin *ikon muka linglung dan tersenyum kecyut*
Begitulah sebagian besar petualangan saya bersama para roti yang sangat menyenangkan. Petualangan saya masih dan akan terus berlanjut dengan menyodorkan tagline “Maju tak gentar mencari roti yang rasanya duuuuaaaarr“.

Sudah ada yang pernah coba roti roti di toko bakery jadul di Jl.Braga?

#salam rotiiiii ... rotiiiii ....
Published with Blogger-droid v2.0.10

0 comments:

Post a Comment