Di Jalan Karang Anyar, ada seorang pedagang yang menjual lontong kari dan bubur ayam yang rasanya juara banget. Lontong kari dan bubur ayamnya di hidangkan bersama satu mangkok kerupuk lebar berwarna pink yang biasanya di bubuhi kecap. Kecap inilah yang menjadi salah satu ciri khasnya. Kecap yang katanya bikinan sendiri itu, konsistensinya tidak terlalu pekat dengan bumbu yang masih terlihat bergerindil. Katanya membuat kecap itu mudah, tapi saya tidak tertarik sedikitpun, mengingat langkah langkahnya yang lumayan panjang.
Seperti yang kita ketahui, kecap terbuat dari kacang kedelai hitam rebus yang lalu di fermentasi dengan bantuan sejenis jamur kapang. Setelah proses fermentasi selesai, baru dilakukan perendaman di dalam air garam. Setelah di rendam baru di masak kembali bersama bumbu bumbu lainnya. Kacang kedelai yang telah di masak bersama bumbu tadi akhirnya disaring untuk mendapatkan larutan yang disebut kecap. Residu dari pengolahan kecap yang masih berupa kedelai di sebut ampas kecap. Protein yang ada dalam ampas kecap masih sangat tinggi, mengingat hanya sekitar 7% an protein kedelai yang terbawa kecap. Karena kandungan protein nya yang masih tinggi maka ampas kecap sangat baik untuk di jadikan pakan ternak.
Tapi ampas kecap bukanlah monopoli ternak semata, karena mahluk yang ngakunya manusia doyan juga. Saya sendiri belum lama mengenal olahan ampas kecap. Bila tak salah ingat sekitar tahun 2000an, seorang teman pernah membawa olahan ampas kecap untuk menu makan siangnya di kantor. Tadinya agak underestimate juga sih, tapi setelah merasakan masakan teman saya itu, ampas kecap pun menjadi olahan yang patut diperhitungkan.
Di Kuningan, ampas kecap yang beredar di pasar bentuknya masih utuh utuh dan tidak asin, lain hal nya yang sering saya temukan di Bandung. Di sini kebanyakan ampas kecap butiran kedelainya sudah pada bonyok, ditambah rasanya yang sangat asin, membuat saya ilfil untuk mengolahnya. Oleh karena itu setiap mudik, tak lupa saya memasukan ampas kecap ke dalam daftar makanan wajib bawa, baik dalam bentuk mentah atau yang telah di olah oleh ibu mertua saya.
Kemarin ini kebetulan di warung pak bendahara erte sebelah ada ampas kecap yang butiran nya masih utuh dan tidak terlalu asin. Dengan hati gembira, saya olah ampas kecap tersebut memakai resep milik ibu mertua.
Bahan :
100 gr ampas kecap
1 papan pete di kupas dan potong potong sesuai selera.
Tempe sedikit saja, potong kecil kecil, goreng. Kali ini saya memakai kering tempe sisa kemarin.
6 siung bawang merah, iris halus
4 siung bawang putih, iris halus
Cabai domba sesuai selera, di iris halus.
Garam dan gula secukupnya
Penyedap bila suka.
1 sdm minyak goreng untuk menumis.
Cara membuatnya :
Panaskan minyak, tumis bebawangan, masukan cabai. Masukan irisan pete dan tempe, aduk rata, beri garam dan gula, masak sebentar, angkat.
Seperti yang kita ketahui, kecap terbuat dari kacang kedelai hitam rebus yang lalu di fermentasi dengan bantuan sejenis jamur kapang. Setelah proses fermentasi selesai, baru dilakukan perendaman di dalam air garam. Setelah di rendam baru di masak kembali bersama bumbu bumbu lainnya. Kacang kedelai yang telah di masak bersama bumbu tadi akhirnya disaring untuk mendapatkan larutan yang disebut kecap. Residu dari pengolahan kecap yang masih berupa kedelai di sebut ampas kecap. Protein yang ada dalam ampas kecap masih sangat tinggi, mengingat hanya sekitar 7% an protein kedelai yang terbawa kecap. Karena kandungan protein nya yang masih tinggi maka ampas kecap sangat baik untuk di jadikan pakan ternak.
Tapi ampas kecap bukanlah monopoli ternak semata, karena mahluk yang ngakunya manusia doyan juga. Saya sendiri belum lama mengenal olahan ampas kecap. Bila tak salah ingat sekitar tahun 2000an, seorang teman pernah membawa olahan ampas kecap untuk menu makan siangnya di kantor. Tadinya agak underestimate juga sih, tapi setelah merasakan masakan teman saya itu, ampas kecap pun menjadi olahan yang patut diperhitungkan.
Di Kuningan, ampas kecap yang beredar di pasar bentuknya masih utuh utuh dan tidak asin, lain hal nya yang sering saya temukan di Bandung. Di sini kebanyakan ampas kecap butiran kedelainya sudah pada bonyok, ditambah rasanya yang sangat asin, membuat saya ilfil untuk mengolahnya. Oleh karena itu setiap mudik, tak lupa saya memasukan ampas kecap ke dalam daftar makanan wajib bawa, baik dalam bentuk mentah atau yang telah di olah oleh ibu mertua saya.
Kemarin ini kebetulan di warung pak bendahara erte sebelah ada ampas kecap yang butiran nya masih utuh dan tidak terlalu asin. Dengan hati gembira, saya olah ampas kecap tersebut memakai resep milik ibu mertua.
Bahan :
100 gr ampas kecap
1 papan pete di kupas dan potong potong sesuai selera.
Tempe sedikit saja, potong kecil kecil, goreng. Kali ini saya memakai kering tempe sisa kemarin.
6 siung bawang merah, iris halus
4 siung bawang putih, iris halus
Cabai domba sesuai selera, di iris halus.
Garam dan gula secukupnya
Penyedap bila suka.
1 sdm minyak goreng untuk menumis.
Cara membuatnya :
Panaskan minyak, tumis bebawangan, masukan cabai. Masukan irisan pete dan tempe, aduk rata, beri garam dan gula, masak sebentar, angkat.
posted from Bloggeroid
0 comments:
Post a Comment