Friday 15 March 2013

Harga bawang putih masih saja  mengorbit di posisi  yang tak lazim.  Dari harga sebelumnya yang berkisar di angka belasan ribu, kini sudah bertengger di angka puluhan ribu, bahkan sampai menyentuh harga 100 ribu per kilonya.  Bila ditanya mengapa hal itu bisa terjadi maka jawaban om Ebiet G Ade lah yang paling pas “tanyakan saja pada rumput yang bergoyang“.

Kata si rumput yang bergoyang itu, ada banyak hal yang menyebabkan harga bawang putih melambung tinggi tak karuan.
Begini ceritanya :
Once upon a time, gak tau kenapa banyak petani yang ogah bertani bawang, alasan nya bisa karena gak ada lahan, modal, bibit dan pupuk yang mahal, ditambah dengan kelakuan para tengkulak yang memainkan harga dengan seenaknya. Cuaca ekstrim pun ikut berperan serta, kadang menyebabkan banjir bandang, kadang menyebabkan kekeringan, dan hal itu gak bisa dihindari karena termasuk force majeure. Dan hal diatas menjadikan stok perbawangan negara ini hanya memenuhi 5% nya saja dari permintaan pasar dalam negeri.  Dan tau kan 95% nya dipenuhi oleh siapa? Siapa lagi kalo bukan negara negara pengekspor bawang seperti China dan Thailand.

Karena kekurangan stok maka dengan hati riang gembira pemerintah melancarkan gerakan impor bawang putih, dan dibuka lah keran keran impor sebesar besarnya. Perusahaan pengimpor bawang pun mulai menjamur.  Nah, kalo pengimpornya banyak, kenapa harga bawang bisa tak terkendali?, ya, salah satunya adalah karena birokrasi yang panjang, maka banyak komoditas bawang yang menumpuk di pelabuhan.  Belum lama ini menteri pertanian harus menanda tangani 3000 berkas terkait dengan impor bawang ini dan baru 10% nya yang sudah selesai. Belum lagi permainan distributor yang menahan dan menimbun bawang untuk kemudian dipasarkan bila harganya telah melambung tinggi di pasaran.  Sungguh menyayat hati :‘(

Pada dasarnya mungkin pemerintah gak mau susah, gak mau pake ngurusin para petani dengan segala tetek bengeknya yang kompleks, cukup menyerahkan pada perusahaan importir, masalah bahan pangan pun terkendali.  Tidak ada solusi yang benar benar berpihak pada petani, entah apa yang mereka pikirkan.  Semuanya ingin dilakukan secara instan, dan impor adalah salah satunya. They‘ve already numb, my friends.

Bawang, terlihat sepele tapi tidak bisa disepelekan.

#salam bebawangan

pic : google
Published with Blogger-droid v2.0.10

2 comments:

  1. sudah agak turun, tapi bawang merah sekarang ikutan, ternyata menjadi emak emak itu banyak makan atinya hahaha

    ReplyDelete