Monday, 2 April 2018


Terkadang saya kerap nyengir sendiri bila mengingat peristiwa berpuluh abad lampau bertajuk tragedi bibir kering versus ikan asin yang bikin perasaan menjadi mlintir. Ya, ikan asin itu gak cocok bila disandingkan dengan bibir kering, karena rasanya pedih jendral. Kala itu entah ikan asin jenis apa yang di goreng oleh kru dapur umum, tapi yang pasti rasanya sangat asin (yaeyalah namanya juga ikan asin, kalo ikan manis itu mah putrinya mister krab).

Ikan asin kerap menjadi kambing hitam tanggal tua dimana banyak yang berseloroh bahwa di kala keuangan menipis, ikan asinlah sang penyelamat di bagian seksi konsumsi. Namun ikan asin apa dulu secara bila jambal roti sih bukannya penyelamat tapi perusak tatanan tanggal tua. Jambal roti adalah pemegang tampuk kasta tertinggi di dunia perikanasinan. Di pasar harga 1 kilogram ikan asin jambal roti di patok seharga 220 ribu rupiah jauh lebih mahal dari harga daging sapi. Di bawah jambal roti ada asin cumi, teri medan, teri jengki dan peda merah.

Ngomongin peda merah tak akan lepas dengan sambal. Mereka v
berdua ini adalah teman sejati, sehidup semati. Tanpa sambal, ikan asin yang berasal dari jenis ikan kembung ini terasa hambar, kurang menggigit.

Peda merah dengan sambal terasi, sudah terlalu mainstream oleh karena itu saya mencoba menyandingkan peda merah dengan sambal matah ala-ala saya.

Bahan :
1 ekor peda merah, cuci, goreng kering

Bahan sambal :
10 cabai rawit, iris
4 buah bawang merah, iris
2 siung bawang putih, iris
1/2 buah tomat, potong dadu
Garam dan gula secukupnya
Beberapa tetes air jeruk nipis

Cara membuat :
Campur semua bahan sambal, aduk rata. Tuang ke atas ikan peda goreng.

posted from Bloggeroid

0 comments:

Post a Comment