Friday 13 April 2018

Beberapa waktu lalu ada sebuah tayangan yang berkisah tentang ulat pohon jati yang dijadikan lauk teman makan di daerah Gunung Kidul. Ya, selain terkenal dengan pantainya yang indah serta gua-gua beraliran air yang memesona, wilayah kabupaten yang beribukotakan Wonosari ini pun terkenal dengan berbagai olahan makanan maha ekstrim yang membuat lidah ini merinding...ding dang keling. Sebut saja, ulat jati and their kepompong, laron, belalang, dan si kumbang-kumbang di taman atau kerap disebut puthul.

Saya ingat suatu hari simbah pernah berkata bawasannya bila orang Jawa itu (di daerah tertentu) adalah pemakan segala, pokoknya omnivora sejati deh, gak binatang gak dedaunan, selama tidak beracun, dapat dijadikan santapan yang rasanya lumayan meng-ehem-kan lidah yang tak bertulang, tak terbatas kata-kata, tinggi gunung seribu janji lain di bibir lain di hati. Ehehe maap jadi keterusan sing along with Ermi Kulit.

Saya sendiri ogah lah kalo di suruh nyicipi makanan ekstrim seperti itu, kayaknya bakal sampe keimpi-impi deh ngebayangin ulat yang bercorak belang-belang itu keleleran di wajan, aih. Saya lebih bisa mentolerir olahan makanan dari tumbuhan yang tidak umum.

Salah satu olahan tumbuhan yang agak-agak aneh yang pernah diolah simbah adalah batang talas a.k.a lompong. Ya, talas merupakan tumbuhan yang multiguna. Umbi, batang serta daunnya dapat dijadikan olahan makanan yang lezat. Yang malesinnya, kadang pertalasan ini dapat membuat gatal-gatal yang digaruk salah gak digaruk juga salah, mati gayak. Namun, don't worry be happy, karena setiap masalah pasti ada solusinya.

Sayur lompong atau batang talas ini kerap disebut dengan sayur kere hore wkwkw karena mereka ini biasanya dibuang setelah umbinya yang segede betis dan daunnya yang selebar kuping gajah itu diambil. Nah hanya orang-orang kere hore dan kere aktif - lah yang menjadikan batang talas itu sebagai sayur teman makan nasi yang ciamik, begitu menurut catatan sejarohnya.

Di pasar saya kerap menjumpai batang talas ini, di jual perikat seharga 5 ribu rupiah. Ah ternyata dia telah naik pangkat, horeee!

Kali ini, bukan saya yang memasak olahan ini namun kakak saya, karena dialah yang hobi sekali dengan masakan ini. Awalnya saya curiga dengan masakan ini, namun setelah dicoba, ambooii rasanya menghajar lidah dengan segala kelembutan dan kelezatannya.

Bahan :
1 ikat batang talas, kuliti, potong-potong.
2 cm jahe geprek
1 batang serai geprek
1 lembar daun salam
2 cm lengkuas geprek
50 gr teri medan
Garam, gula, kaldu bubuk secukupnya
1000 ml santan
Minyak goreng untuk menumis
Air untuk merebus batang talas

Bumbu halus :
6 butir bawang merah
4siung bawang putih
4 butir kemiri
2 buah cabe merah besar (dapat dikombinasikan dengan cabe rawit bila suka pedas)
5 cm kunyit

Cara membuat :
Didihkan air dengan api besar, masukan batang talas, rebus sampai empuk. Angkat dan tiriskan.

Tumis bumbu halus dan bumbu lainnya sampai harum, masukan teri medan, aduk rata. Masukan batang talas, tuang santan, aduk-aduk. Tambahkan bumbu lainnya. Masak sampai matang.



posted from Bloggeroid

0 comments:

Post a Comment