Wednesday 27 February 2019

Beberapa waktu lalu seorang teman memberi pengumuman bahwasannya ia akan menguninstall pohon pepayanya yang telah lama bertengger di kebunnya. Bunyi pengumumannya bukan didendangkan seperti di kisah Cinderella "Pengumuman penting dengar hay dengar" namun berupa barisan kalimat yang menyataken bahwa yang mana dia punya pohon pepaya buahnya masih bergerandulan dengan kondisi masih mentah.
Saya pun langsung mengkomeni pengumumannya, dengan secepat kibasan katana Kenshin Himura, 4 buah pepaya mentah pun langsung mendarat di meja dapur.

Buah pepaya mentah selain dapat mengobati perpecahan kaki pun dapat mengobati busung eh perut lapar. Biasanya pepaya muda belia itu diolah berupa kari atau gulai. Saat lebaran, hidangan ini kerap menghiasi meja makan ditemani dengan opor ayam dan rendang.

Namun kali ini saya tidak mengolah pepaya yang masih unyu-unyu ini dengan menggunakan santan, namun cukup ditumis saja mengingat sedang ada dalam pemalesan tingkat dewaw.

Bahan :
1 buah pepaya mengkal, kupas, potong korek api atau memakai serutan.
Secukupnya tempe, poton dadu, goreng
50 gr teri medan
6 butur bawang merah iris tipis
3 siung bawang putuh, iris tipis
5 buah cabai rawit domba, iris
5 buah cabai rawit hijau, iris
2 buah cabai keriting, iris
Secukupnya garam dan kaldu bubuk
Secukupnya gula merah (bila ingin lebih berwarna coklat ditambah dengan kecap)
Secukupnya air
Secukupnya minyak

Cara membuat :
Panaskan minyak, tumis bebawangan.hingga mewangi, masukan cabe-cabean tanpa terong-terongan yak ahaha. Masukkan teri medan, gongseng dengan jurus kucing kebelet makan. Masukkan tempe dan pepaya, beri bumbu lainnya dan tuangi air, tutup. Mask.hingga bumbu meresap dan air surut, banjir kalik surut. Sesekali buka tutupnya dan aduk-aduk. Angkat dan sajikan.

posted from Bloggeroid

0 comments:

Post a Comment