SD saya dulu berada di kawasan zona militer TNI Angkatan Udara, oleh karena itu judul sekolahnya adalah Angkasa. Nyambung kan, Udara dan Angkasa? Yang gak.nyambung mah hanya hatimu dan hatinya aja kalik.
Nah, enaknya bersekolah yang lokasinya berada di dalam kawasan militer itu adalah ketika ada acara kemping langsung bisa gelar tikar pasang tenda dengan haratis. Lha wong lapangannya ada dimana-mana tinggal pilih yang cucok meong aja. Tenda? Itu mah urusan Kakak pembina pramuka buat pinjem ke Pak Komandan, betul? aaahhsiyaaaappp!!!
Gak kayak sekarang, judulnya aja kemping eh tidurnya di villa. Kalau pun di tenda, eh tendanya udah dipasangin sama panitia, anak-anak tinggal masuk aja. Dimana letak ke-kemping-annya coba? Bayar? Yaeyalah, orang lokasinya jauh banget, perjalanannya aja setara dengan perjalanan si Starman dan Tesla Roadster-nya Elon Musk waktu ngibrit ke planet Mars. Bila duo-nya Musk tadi diluncurkan dengan roket Falcon Heavy milik Space X, maka pramuka-pramuki ini diluncurkan dengan truk sewaan milik TNI-AU yang jumlahnya gak sesuai dengan jumlah orangnya. Iya kalo nasi, nambah jadi kenyang, kalo angkutan mah nambah ya jadi lama nunggunya. Ehehe, maapken, curcol!
Selain tentang perkempingan, kawasan militer pun identik dengan catam alias calon tamtama. Dan yang menggelikan dari para catam adalah kalo ada cewek lewat, kepala-kepala plontos mereka pun langsung bertonjolan dari balik jendela asramanya sambil bersorak-sorai gembira dan ber-ctak-ctak ria.
Nah, karena kepala plontosnya inilah para catam kerap disebut dengan pentul, mengapa? Ya mungkin karena mirip dengan pentul korek api tjap tiga duren yang terkenal itu. Pentul atau dalam logar jawanya pentol ternyata terpuja dan terpuji juga di ranah makanan. Di daerah jawa pentol adalah sebutan untuk bakso tusuk yang berbahan dasar tepung tapioka dengan kandungan daging sapi yang minimalis. Selain disajikan dengan direbus begitu saja, pentol pun ada yang dibakar dan di goreng.
Karena saya pecinta aci-acian kelas wahid maka kali ini saya membuat pentol yang haqiqi keacianya.
Bahan:
150 gr tepung tapioka
3 sdm tepung terigu
2 siung bawang putih
2 batang daun bawang, iris tipis
1 batang seledri, cincang
1/2 sdt merica bubuk
1/2 sdt garam
kaldu bubuk secukupnya
air panas secukupnya
Cara membuat:
Aduk rata tepung tapioka dan terigu.
Rebus air hingga mendidih, haluskan bawang putih, masukkan ke dalam air mendidih. Masukkan pula merica bubuk, garam dan kaldu bubuk secukupnya.
Campurkan daun bawang dan seledri ke dalam tepung. Tuang sedikit demi sedikit air ke dalam tepung, aduk rata hingga adonan kalis dan tidak terlalu lembek maupun padat.
Ambil sedikit minyak di tangan, bentuk bulatan-bulatan dan masukkan ke dalam minyak dingin di penggorengan.
Setelah cukup banyak, nyalakan api dan goreng bakso hingga kecokelatan.
Tujuan mencelupkan bakso ke dalam minyak dingin agar bakso tidak meletus seperti balon hijau, eaaaa.
Nah, enaknya bersekolah yang lokasinya berada di dalam kawasan militer itu adalah ketika ada acara kemping langsung bisa gelar tikar pasang tenda dengan haratis. Lha wong lapangannya ada dimana-mana tinggal pilih yang cucok meong aja. Tenda? Itu mah urusan Kakak pembina pramuka buat pinjem ke Pak Komandan, betul? aaahhsiyaaaappp!!!
Gak kayak sekarang, judulnya aja kemping eh tidurnya di villa. Kalau pun di tenda, eh tendanya udah dipasangin sama panitia, anak-anak tinggal masuk aja. Dimana letak ke-kemping-annya coba? Bayar? Yaeyalah, orang lokasinya jauh banget, perjalanannya aja setara dengan perjalanan si Starman dan Tesla Roadster-nya Elon Musk waktu ngibrit ke planet Mars. Bila duo-nya Musk tadi diluncurkan dengan roket Falcon Heavy milik Space X, maka pramuka-pramuki ini diluncurkan dengan truk sewaan milik TNI-AU yang jumlahnya gak sesuai dengan jumlah orangnya. Iya kalo nasi, nambah jadi kenyang, kalo angkutan mah nambah ya jadi lama nunggunya. Ehehe, maapken, curcol!
Selain tentang perkempingan, kawasan militer pun identik dengan catam alias calon tamtama. Dan yang menggelikan dari para catam adalah kalo ada cewek lewat, kepala-kepala plontos mereka pun langsung bertonjolan dari balik jendela asramanya sambil bersorak-sorai gembira dan ber-ctak-ctak ria.
Nah, karena kepala plontosnya inilah para catam kerap disebut dengan pentul, mengapa? Ya mungkin karena mirip dengan pentul korek api tjap tiga duren yang terkenal itu. Pentul atau dalam logar jawanya pentol ternyata terpuja dan terpuji juga di ranah makanan. Di daerah jawa pentol adalah sebutan untuk bakso tusuk yang berbahan dasar tepung tapioka dengan kandungan daging sapi yang minimalis. Selain disajikan dengan direbus begitu saja, pentol pun ada yang dibakar dan di goreng.
Karena saya pecinta aci-acian kelas wahid maka kali ini saya membuat pentol yang haqiqi keacianya.
Bahan:
150 gr tepung tapioka
3 sdm tepung terigu
2 siung bawang putih
2 batang daun bawang, iris tipis
1 batang seledri, cincang
1/2 sdt merica bubuk
1/2 sdt garam
kaldu bubuk secukupnya
air panas secukupnya
Cara membuat:
Aduk rata tepung tapioka dan terigu.
Rebus air hingga mendidih, haluskan bawang putih, masukkan ke dalam air mendidih. Masukkan pula merica bubuk, garam dan kaldu bubuk secukupnya.
Campurkan daun bawang dan seledri ke dalam tepung. Tuang sedikit demi sedikit air ke dalam tepung, aduk rata hingga adonan kalis dan tidak terlalu lembek maupun padat.
Ambil sedikit minyak di tangan, bentuk bulatan-bulatan dan masukkan ke dalam minyak dingin di penggorengan.
Setelah cukup banyak, nyalakan api dan goreng bakso hingga kecokelatan.
Tujuan mencelupkan bakso ke dalam minyak dingin agar bakso tidak meletus seperti balon hijau, eaaaa.
posted from Bloggeroid
0 comments:
Post a Comment