Sunday 28 January 2018


Masih terekam dalam ingatan saat pertama kali saya makan durian. Mata ngantuk langsung melek seketika. Buah yang wanginya aduhai dan kerap disebut buah syurga itu tadinya tidak pernah masuk dalam list buah-buahan yang saya konsumsi. Saat itu bawaannya curiga aja dengan buah yang cangkangnya full duri ini. Curiga antara aroma dan rasanya gak bakalan sepadan. Pokoknya gak percaya deh dengan kesaksian orang. Namun, berkat Ko Agus, teman kerja saya tempo dulu yang dengan sukarela menyodorkan buah durian yang tinggal di makan sesaat setelah jadwal makan siang usai, membuat semua kecurigaan ngacir tanpa permisi. Pepatah tak kenal maka tak sayang pun menohok dan mengoyak-ngoyak sebuah kepercayaan sesat yang saya anut sebelumnya.

Kemarin ini saya sempat melirik satu glundung buah durian yang tergolek santai di sebuah supermarket. Ternyata harga yang tertera dibatangnya tidak sesantai posisinya haha 350 ribu perak cyin, setara dengan satu karung beras asli soreang.

Harga durian memang fantastis terutama durian monthong asal Thailand. Durian super ini teryata plasma nuftahnya dari Jawa Tengah dengan nama durian sukun. Thailand berhasil mengembangkan bibit durian ini menjadi varietas unggul yang akhirnya dikenal dengan durian monthong. Indonesia sendiri memiliki 20 jenis durian dari 27 species yang tersebar didunia, sayangnya kita kalah serius dengan Malaysia dan Thailand dalam mengembangkan buah yang satu ini.

Maka tidaklah heran bila kita pun sebenarnya memiliki varian durian yang harganya sebelas duabelas dengan durian monthong itu, bahkan diklaim lebih mahal. Nama duriannya agak jijay markijay yaitu durian tai babi atau kerap disebut juga dengan durian cumasi. Durian ini berasal dari pulau Bangka. Bila durian jenis biasa dijual seharga 25 ribu perbutirnya maka durian tai babi di jual dengan harga 300 ribu dengan ukuran yang nyaris sama. Kalau sudah begini jadi rindu Ncop yang punya kampung halaman di Bangka.

Eits tapi ada durian yang lebih muaahil lagi, namanya musang king. Kalau tak salah ingat saya pernah melihat salah satu episode film Upin dan Ipin yang didalamnya terdapat kisah tentang durian varietas ini. Ya, musang king memang banyak dibudidayakan di Malaysia, padahal Indonesia adalah tempat nenek moyang durian ini berasal. Saya gak bisa membayangkan rasa buah yang harganya dapat tembus sampai 2,6 juta perkilogramnya ini. Masih berasa durian atau berasa apa ya kira-kira heuheu.

Selain dimakan begitu saja, durian pun kerap diolah menjadi berbagai penganan, misalnya bolen, dodol, cake, nastar, klappertart, kue soes dan tentu saja prol durian.

Nah, karena di pinggir jalan sedang banyak yang berjualan durian lokal dengan harga yang terjangkau maka saatnya untuk membuat prol durian.

Resepnya saya ambil dari blognya Mbak Annevijaya.

Bahan :
250 gr daging buah durian
25 ml susu cair, saya menggunakan susu bubuk yang dilarutkan dengan air.
175 gr tepung terigu
25 gr tepung maizena
½ sdt baking powder
250 gr mentega, tawar. Saya pakai margarin.
200 gr gula pasir
8 kuning telur
4 putih telur

Cara membuat :
Panaskan oven. Olesi loyang persegi dengan margarin. Alasi dasar loyang dengan kertas roti yang sudah dioles margarin.

Lumatkan daging durian, campur dengan susu, aduk, sisihkan.
Campur tepung terigu, tepung maizena, dan baking powder menjadi satu, ayak, sisihkan.

Kocok margarin dan gula dengan menggunakan mixer berkecepatan tinggi hingga adonan lembut dan mengembang. Masukkan telur satu persatu sambil dikocok terus hingga rata.

Masukkan tepung secara bertahap sambil diaduk dengan spatula. Setelah rata, masukkan bahan durian, aduk.

Tuang adonan ke dalam loyang, ratakan permukaannya. Masukkan ke dalam oven, panggang selama ± 45 menit atau sampai kue matang, angkat. Diamkan sebentar sampai agak dingin, keluarkan dari loyang. Potong-potong. Sajikan.

posted from Bloggeroid

0 comments:

Post a Comment