Friday, 16 September 2016

Si mamang gula dan parutan kelapa di pasar saking risau hatinya takut gak akan dibeli gulanya, melancarkan sebuah pengakuan.
"Neng, sok aja puterin pasar, pasti gak bakalan nemuin gula yang gak item, percaya sama mamang. Sok atuh mau berapa kilo?"
"Yee, pitnah, siapa juga yang mau muterin pasar, muterin tiang aja udah cukup biar kayak serokan."
"Ah si eneng mah meni kitu."

Saya bukanlah penyuka gula merah atau gula jawa yang berwarna coklat muda, jadi si mamang sebenarnya tidak perlu risau. Bagi saya gula merah yang pas itu adalah yang berwarna coklat kehitaman. Karena hitam adalah warna favorit saya. Sungguh tak nyambung, tapi biarlah, karena bila sambung menyambung jadi satu, itu Indonesia bukan gula merah.

Naah, mumpung stok gula merah si hitam manis masih lumayan banyak dan menemukan pisang nangka yang sudah buladig, maka saatnya membuat kolak. Bulan ramadhan kemarin, saya sama sekali tidak pernah membuat kolak karena too mainstream uhuk padahal males aja.
Dengan berbekal pisang nangka, ubi jalar putih dan merah serta kacang hijau, di mulailah acara olah mengolah kolak.
Mudah, murah dan gak pake lama. Pisang dan ubi di kupas lalu di potong, masukan ke panci bersama gula merah, daun pandan, garam dan air. Rebus sampai empuk. Kacang hijau yang telah di rendam selama kurang lebih satu jam, d

aun pandan, gula merah, garam dan air, presto 5 menit.

Sajikan dalam mangkok saji lalu bubuhi susu UHT atau susu murni sebagai pengganti santan.

posted from Bloggeroid

0 comments:

Post a Comment